Jumat, 31 Maret 2017

TENTANG GIRI BANGUN


Makam Bpk, Soeharto & Ibu, Tien Punya Cerita mistis

 

Makam Soeharto Punya Cerita Mistis - masih ingat dengan Presiden RI ke dua kita, yaitu Presiden Soeharto. kami SEMERU TOUR & TRAVEL Akan sedikit bercerita  Tentang kisah fenomena yang pernah terjadi,Istana Giribangun dikenal sebagai makam keluarga Presiden kedua Indonesia, Soeharto. Di atas Istana Giribangun di lereng bukit, berdiri makam keluarga Istana Mangkunegaran, yaitu Istana Mangadeg. Makam keluarga pecahan dinasti Mataram tersebut, terletak di Desa Karang Bangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sebagai leluhur di atasnya Istana Mangadeg melindungi atau orang Jawa menyebutnya "hamemayungi" atau menjadi payung keberadaan makam anak cucunya.

AURA MAGIS ISTANA MANGADEG: PESAREAN PANGERAN SAMBER NYOWO
images

Istana Mangadeg merupakan makam keturunan Kerajaan Mangkunegaran. Makam itu terkenal memiliki daya mistis dan tempat sakral yang tidak bisa diperlakukan sembarangan.

Kejadian-kejadian mistis itu seolah-olah kedua raja dan sesepuh Mangkunegaran yang dimakamkan di sini di antaranya Kanjeng Pangeran Adi Pati Arya Sri Mangkunegara I, atau disebut Pangeran Samber Nyowo memberikan restu maupun memberikan perlindungan pada saat-saat tertentu dari kejahatan atau perbuatan tangan-tangan jahil. Beberapa peristiwa dan fenomena mistis aneh terjadi di antaranya saat makam Presiden Kedua Indonesia, HM Soeharto digali. Suasana pemakaman Soeharto di Istana Giribangun kala itu sedang redup, tak ada awan. Hanya angin yang berhembus pelan saat itu.
images2

Tidak hanya itu yang dialami sang juru kunci Istana giribangun Sukirno. Beberapa bulan sebelum kematian Soeharto, terjadi longsor mendadak di bawah Perbukitan Istana Giribangun. Selain pengalaman menggali makam Soeharto, pria kelahiran Karanganyar tahun 1953 itu juga masih ingat ketegangan terjadi di Istana Giribangun, tahun 1998, saat kekuasaan Soeharto berakhir. Masa di mana-mana menghujat dan ingin mengadili Soeharto beserta keluarganya. Terjadi pula perebutan tanah-tanah serta pengerusakan aset negara yang saat itu dikuasai Soeharto di beberapa daerah. Hingga merembet ada kabar, makam keluarga Soeharto itu bakal diserang dan akan dirusak oleh ribuan masa. “Bersama warga saya memasang drum-drum di tengah jalan. Di depan pertigaan di depan SD Ibu Tien yang terletak di tanjakan menjelang Istana. Kami memalang puluhan batang bambu ori berduri. Siapa yang melintas dengan berjalan kaki sekalipun, tak bakal gampang menembusnya,” tutur Sukirno.
Malam-malam pun terasa panjang. Orang-orang kampung dan desa secara bersama-sama dengan pengurus dan berjaga di sekitar makam. Dari pesawat komunikasi HT terdengar sandi, 1.000 “kuda lumping” yang artinya ada seribu pengedara sepeda motor menuju dan bergerak mengarah ke Istana. Atau lima ratus “gerobak” atau 500 pengendara mobil juga. “Anehnya tak pernah sekalipun mereka yang hendak melempari Istana dan merusak bangunan makam di sini itu benar-benar tiba,”  kata Sukirno. Sukirno berkeyakinan arwah para leluhur raja Mangkunegaran datang dan melindungi sebab arwah leluhur bagi orang Jawa diyakini masih bersemayam dan jika dalam situasi darurat akan muncul dan melakukan perlindungan. Apalagi leluhur mereka yaitu Kanjeng Pangeran Adi Pati arya Sri Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyowo yang memiliki Aji Panglimunan itu.yang tiada tanding kala itu,



Ternyata kedua makam tersebut memiliki daya mistis dalam sejarah perjalananya. Muncul mitos bahwa makam tersebut merupakan tempat sakral.




Atas peristiwa tersebut Sukirno berkeyakinan, bahwa Allah melalui arwah para leluhur raja Mangkunegaran datang dan melindungi. Dirinya yakin arwah leluhur bagi orang Jawa masih bersemayam dan jika dalam situasi darurat akan muncul dan melakukan perlindungan.kepada sanak saudara ( rakyatnya)
Sukirno menjelaskan, sebelum dimakamkan pada Minggu Wage, 27 Januari 2008 setelah Azan Asar sekitar pukul 15.30 WIB, keluarga besar Soeharto dan sejumlah tokoh teman baik dari dalam maupun luar negeri terlebih dulu melakukan upacara Bedah Bumi, yakni dengan menancapkan linggis ke tanah pemakaman sebanyak tiga kali. Upacara yang dipimpin oleh Begug Purnomosidi mantan Bupati Wonogiri ini bertujuan agar penggalian dapat berjalan lancar dan selamat.
"Saat itu pada penancapan yang pertama dan kedua, tidak terjadi apa apa. Namun, saat penancapan ketiga ada kejadian yang membuat merinding bulu kuduk. Tiba-tiba terdengar suara seperti ledakan, sangat keras bergema di atas kepala kami," ungkap Sukirno.
Mendengar bunyi tersebut, lanjut Sukirno, para penggali makam dan orang-orang di sekitarnya sontak kaget dan ketakutan. Mereka bingung dan mencari-cari dari mana asal suara menggelegar itu.Namun tak menemukannya.
Atas kejadian tersebut, para penggali makam menganggapnya sebagai suara gaib. Mereka beranggapan bumi telah menerima kedatangan jasad Soeharto.
"Saat itu banyak orang, bahkan pejabat yang datang. Semua terdiam, terpaku dan bingung. Kata pak Begug, bumi telah mengisyaratkan penerimaan terhadap jenazah pak Soeharto," tutur Sukirno.
Tak hanya pengalaman pribadinya dan para pekerja di Istana. Sukirno juga mengungkapkan, bahwa para peziarah maupun warga sekitar sering mengalami hal serupa.
"Kejadian-kejadian aneh juga sering dialami peziarah. Tak hanya malam hari, siang pun bisa terjadi. Bagi kami, saat berkunjung ke sini hendaklah membersihkan pikiran kita dulu. Jangan meminta pada jazad pak Soeharto atau semua yang sudah meninggal, tapi berdoalah pada Allah SWT," pungkasnya.
Kompleks Istana Giribangun yang megah dan luas berada di lereng barat Gunung Lawu. Tepatnya terletak di Desa Karang Bangun, Matesih, Karanganyar, sekitar 40 kilometer arah timur kota Solo. Makam itu dibangun di atas sebuah bukit, tepat di bawah Istana Mangadeg, komplek pemakaman para penguasa Istana Mangkunegaran, salah satu pecahan dinasti Mataram. Jika Istana Mangadeg berada di ketinggian kurang lebih 750 m




Makam yang luas itu terdiri dari beberapa bagian. Di antaranya adalah bagian utama yang disebut Cungkup Argosari yang berada di dalam ruangan tengah seluas 81 meter persegi dengan dilindungi cungkup berupa rumah bentuk joglo gaya Surakarta beratap sirap. Dinding rumah terbuat dari kayu berukir gaya Surakarta, dan Di ruangan ini hanya direncanakan untuk lima makam. Saat ini paling barat adalah makam Siti Hartini, di tengah terdapat makam pasangan Soemarharjomo (ayah dan ibu Tien) dan paling timur adalah makam Ibu Tien Soeharto. Tepat di sebelah barat makam Ibu Tien terdapat makam Soeharto, Masih di bagian Argosari, tepatnya di emperan cungkup seluas 243 meter persegi, astana-giribangun-1terdapat tempat yang direncanakan untuk makam 12 badan.
Bagian yang berada di luar lokasi utama adalah Cungkup Argokembang seluas 567 meter persegi. Tempat ini tersedia tempat bagi 116 badan. Yang dapat dimakamkan di lokasi itu adalah para pengurus pleno dan seksi Yayasan Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya yang dianggap berjasa kepada yayasan yang mengajukan permohonan untuk dimakamkan di Istana tersebut,
Terimakasi untuk yang membaca sedikit cerita tentang sang penguasa, Kami SEMERU TUOUR & TRAVEL, Mohon maaf bila bayak kesalahan dalam memberi kan gambaran(cerita) untuk itu mohon keritik dan saran untuk kami agar lebih baik dari sebelumnya, terima kasih.Semoga bermanfaat untuk kita semua  HORMAT KAMI <SEMERUTOUR>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar