Sabtu, 13 Mei 2017

CERITA DAN SEJARAH WALISONGO

Walisongo” berarti sembilan orang wali”


Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati.
 Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid

Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, berdagang, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.



Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.


Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha.


1. Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Sejarah Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi

Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.

Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.

Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.

Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia mendekati masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.
Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.

2. Sunan Ampel
Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Sejarah Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang)

Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.

Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.
Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia mendekati masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentral pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.

Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.”

 Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.

3. Sunan Giri
Ia memiliki nama panggilan Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (sekarang kota Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (sejarah Tanah Jawi versi Meinsma).

Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.

Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah “giri”. Maka ia dijuluki Sunan Giri.

Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit -konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.

Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Sejarah Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.

Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.
 
Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.

Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagu bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.


4. Sunan Bonang
Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban

Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.

Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.

Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah

yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.

Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.

5. Sunan Kalijaga
Dialah “wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam

Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.

Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam (‘kungkum’) di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.

 Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede – Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak.


6. Sunan Gunung Jati
Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra’ Mi’raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Sejarah Cirebon Naskah Klayan hal.xxii).

Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.

Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.

Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya “wali songo” yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan.

Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.

Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan perjalana ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.

Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.

 7. Sunan Drajat
Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M. Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun Jelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat, Paciran-Lamongan.

Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk. Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah “berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang’.

Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.


8. Sunan Kudus
Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berpergian hingga ke pulau Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang.

Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berpergian ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.

Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud persetujuan yang dilakukan Sunan Kudus.

Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.

Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.


9. Sunan Muria
Ia putra Dewi Saroh –adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus

Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam.
Bergaul dengan rakyat biasa, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya.

Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.


Mungkin itu sedikit cerita dari kami SEMERU TOUR & TRAVEL,semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang walisongo..terima kasih bagi anda yg menyempatkan untuk membaca blogger kami..

Rabu, 19 April 2017

AIR TERJUN SERI GETUK



Mau pergi ke tempatnya para jin berkumpul sekaligus menikmati pemandangan alam. Ada satu destinasi yang menarik di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Ya, nama destinasinya adalah Air Terjun Sri Gethuk, dilihat dari namanya sih seperti  percampuran antara nama wanita dengan makanan. Eh ternyata bukan,   nama air terjunnya itu ternyata terinspirasi dari cerita legenda yang berkembang di wilayah air terjun.

konon dari legenda yang berkambang di sekitaran wilayah air Terjun, daerah itu  merupakan tempat atau pusatnya para jin atau makhluk halus berkumpul yang dipimpin oleh Jin yang bernama Anggo Menduro.  Tentu kita manusia tidak bisa melihatnya kecuali mereka yang mempunyai keahlian khusus.
sri gethuk

Nah,tanpa dinyana sang ketua jin ini  sangat menyukai segala macam kesenian, dari  dramben sampai gamelan. Di saat tertentu di Air Terjun juga sering terdengar sura gamelan atau suara kerawitan atau disebut hanya merupakan pandulon yang menyuarakan gamelan atau dengan bahasa Jawa disebut pandulon yang suara tersebut kalau di dengarkan di lokasi Padukuhan Menggoran dan sekitarnya suara tersebut berasal dari lokasi air terjun. Wah  jadi Ngeri tu kita dibuat ya..

Tapi anehnya, kalau didekati suara itu akan hilang, suara tersebut adalah suara dramben dengan suara yang sangat dominan yaitu suara slompret,  maka tempat tersebut di kenal sebagai sebutan Slompret atau kemudian di sebut Slempret.  Air terjun Sri Gethuk juga dikenal dengan nama Air Terjun Slempret karena lokasi air terjun tersebut bertempat di lokasi Blok Slempret. 


Masih dalam cerita yang sama, di lokasi Slempret ini raja jin Anggo Mendoro menyimpan alat musiknya di beberapa tempat di antaranya di lokasi Mergangsan dan juga Srikethuk. Mergangsan ini berada di sebelah bawah lokasi Sungai Oyo, tempat tersebut disebut Mergangsan karena dipergunakan sebagai tempat menyimpan gongso atau gamelan. Dan Sri Kethuk yang berada di lokasi air terjun,  di sebut Sri kethuk ini karena dipergunakan oleh Jin Anggo Menduro sebagai tempat penyimpanan salah satu instrumen gamelan dengan nama Kethuk. Hingga akhirnya menjelmalah nama air terjun itu menjadi demikian lah sedikit singka cerita tentang keberadaan sri getuk.kami mohon maaf bila mana ada cerita yang kurang pas dan tidak sempurna, karna sesunguh ya sempurna haya milik ( ALLOH,swt. semoga bermangwaat dan menambah pengetauan.terimakasih....

Minggu, 16 April 2017

AIR TERJUN BAYUMAS


Pasti anda tak asing lagi mendengar nama air terjun pengantin. Ya, mungkin pikiran anda langsung terbayang pada judul sebuah film arahan Rizal Manthovani yang dibintangi oleh Tamara Bleszynski, Marcel Chandrawinata, Mirasih Tyas Endah, dan yang lainnya.

Akan tetapi tahukah anda di Banyumas, Purwokerto ternyata ada air terjun yang memakai nama yang sama dengan judul film yang dirilis tahun 2009 itu, namanya Curug Pengantin atau Air Terjun Pengantin. Air terjun ini berlokasi  di tengah hutan yang masih alami di Dusun Parduli, Desa Kracak, Ajibarang, Banyumas.

Menuju lokasi Curug Pengantin Banyumas ini masih bisa terbilang sepi dan sekitar 8 kilometer dari Kecamatan Ajibarang. Jalannya pun menanjak dan belum diaspal. Kendati begitu, air di curug ini tak pernah kering dan selalu mengalir airnya baik musim hujan maupun kemarau.
 Kalau dilihat dari ketinggiannya, memang air terjunnya tidak setinggi air terjun lainnya di wilayah Indonesia dan hanya sekitar dua meter tingginya. Namun yang istimewa dari air terjun ini lantaran warga yang tinggal di sekitaran air terjun itu mempercayai apabila  mandi di Curug Pengantin ini bisa untuk menolak bala atau kesialan. Selain itu,jika kita mandi di sini dapat mempercepat dapat jodoh.


Dan biasanya mereka yang mempercayai hal itu melakukan tirakat mandi di Curug Pengantin ramai pada malam Jumat Kliwon antara jam dua belas malam hingga jam dua dini hari. Bahkan untuk lebih memudahkan mandi, di sebelah curug dibuat pancuran dari bambu. Keampuhan mandi disana pun diperkuat oleh Sesepuh Desa Parduli  yang mengatakan kepercayaan warga akan keistimewaan Curug Pengantin untuk menolak bala dan mendatangkan jodoh sudah turun-temurun sejak lama.

Selain bisa cepat dapat jodoh, khasiat mandi di Curug Pengantin ini juga dipercaya dapat menyelesaikan masalah. Kalau ada masalah dalam rumah tangga atau persoalan hidup lainnya, maka permasalahannya akan segera teratasi jika sudah melakukan tirakat disini.(bagi yang mempercayai)

Alkisah, kenapa air terjun ini dinamakan Curug Pengantin karena  dulunya pada tahun 1960-an ada sepasang pengantin muda yang mandi di tempat tersebut. Namun entah kenapa kemudian keduanya menghilang atau musnah, tanpa diketahui kemana dan oleh sebab apa mereka berdua menghilang. Sejak kejadian itulah, warga yang bertempat tinggal tak jauh dari lokasi air terjun tersebut dinamai Curug Pengantin.

AIR TERJUN GROJOKAN SEWU



inilah air terjun grojokan sewu Tawang Mangu yang serupa tapi tidak sama dengan grojokan sewu yang berada di banyumas kenapa? Ya walaupun keduanya sama-sama merupakan air terjun, keduanya mempunyai. Perbedaan bukanlah letak, ketinggian, atau yang lainnya yang tentu saja berbeda, melainkan mitosnya.
Kalau air terjun Banyumas bermitoskan akan cepat mendapat jodoh jikalau kita ke sana, air terjun Grojokan Sewu ini justru kebalikannya karena apabila kita kesana bersama pacar, nah pacar kita itu akan pergi untuk selamanya atau putus hubungan di tengah jalan.
Jadi  begini tidak jauh dari lokasi air terjun itu ada sebuah jembatan yang menghubungkan sisi kanan dan sisi kiri dari komplek lokasi wisata air terjun Gerojogan Sewu.  Jembatan itu memisahkan aliran sungai kecil dari air terjun tersebut. Dan Jika pengunjung ingin ke sebrang, maka harus melewati jembatan kecil ini.

Nah, mitos dari Air Terjun Gerojokan Sewu itu adalah “apabila sepasang kekasih datang ketempat ini untuk berpacaran lalu menyebrang melalui jembatan tersebut,  maka hubungannya tidak akan lama atau mungkin akan putus dan tidak akan sampai di pelaminan”. 


Sebenarnya ini hanyalah mitos, tapi terserah Anda mau mempercayainya atau tidak.  Mitos ini sebenarnya sudah sangat terkenal di tanah jawa, bagi yang percaya mungkin akan menghindar untuk menjadikan air terjun tawangmangu yang berada di Karanganyar, Solo,  Jawa Tengah ini sebagai tempat berpacaran. Namun bagi yang tidak percaya akan mitos ini banyak pula pasangan kekasih yang menjadikan tempat ini sebagai lokasi menjalin kasih bagi mereka.

Nah, itulah sedikit cerita tentang Grojokan Sewu di Tawangmangu yang merupakan sebuah kota kecil terletak di bawah lereng Gunung Lawu. Eksotisnya air terjun ternyata mempunyai mitos yang sedikit “mengerikan” bagi kita yang mempunyai pasangan. Namun terlepas dari itu, Tawamanggu ini merupakan andalan dari kabupaten Karanganyar Jawa Tengah sebagai salah satu tempat tujuan wisata yang paling  banyak dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Tawangmangu, dengan Grojokan Sewunya dikenal sebagai obyek wisata pegunungan di lereng barat Gunung Lawu yang dapat ditempuh dengan kendaraan darat selama sekitar satu jam dari Kota Surakarta (Solo). Tempat ini sudah dikenal sebagai tempat wisata dari sejak masa kolonial Belanda.

Soal asal muasal nama Air Terjun Grojokan Sewu itu sendiri diambil dari  bahasa jawa kata “Gerojokan” artinya adalah air terjun. Sedangkan kata “Sewu” berarti seribu.  Namun secara harafiahnya, Gerojokan Sewu disini bukan berarti Air terjun ini jumlahnya ada seribu buah. 
Dengan ketinggian dari Air Terjun Grojokan Sewu  yang diperkirakan ketinggiannya sekitar 80 m yang merupakan air terjun tertinggi di Jawa Tengah. Sedang untuk mencapainya kita harus menuruni sekitar 1000 an anak tangga. Di tempat tetirah ini tersedia berbagai sarana pendukung wisata seperti kolam renang dan berbagai bentuk penginapan.Bagi anda yg ingin berlibur ketawang mangu kami SEMERU TOUR & TRAVEL menawarkan beberapa program dan fasilitas untuk perjalanan hari libur anda.


12 tempat wisata di pekalongan




1. Pantai Pasir Kencana

Kota Pekalongan ini memiliki beberapa obyek wisata pantai yang potensial untuk dijadikan sebagai tempat wisata. Salah Satu Tempat Wisata Pantai yang terdapat di Kota Pekalongan adalah Pantai Pasir Kencana. Pantai ini terletak tidak jauh dari Kota Pekalongan, yaitu hanya berjarak sekitar 4 km dari pusat Kota Pekalongan. Pantai Pasir Kencana terlihat cukup rapi karena terdapat batu pembatas yang sudah dibangun. Di kompleks Pantai Pasir Kencana ini juga dibuat miniatur seaword dimana didalamnya terdapat akuarium dan koleksi biota laut.

2. Pantai Slamaran

Pantai Slamaran terletak tidak jauh dari Pantai Pasir Kencana. Keduanya hanya dipisahkan oleh Pelabuhan. Pemandangan di Pantai Slamaran hampir mirip dengan di pantai Pasir Kencana karena di Pantai Slamaran juga terdapat pembatas ombak yang dibangun dari batu. Namun bedaannya di Pantai Slamaran tidak ada wisata bahari. Di Pantai Slamaran terdapat kepercayaan dari masyarakat tentang adanya "penunggu" Pantai yaitu Dewi Lanjar. Pada waktu-waktu tertentu anda mungkin akan menemukan pengunjung yang sedang melakukan ritual penghormatan kepada Dewi Lanjar ini.

3. Pantai Depok

Wisata pantai selanjutnya di Pekalongan adalah Pantai Depok. Pantai Depok menawarkan pemandangan alam yang sangat eksotis berupa pantai yang masih alami dan di sekitarnya banyak ditmbuhi pohon nyiur. Ombak di Obyek wisata Pekalongan Pantai Depok ini sangat tenang sehingga cocok apabila digunakan berenang bersama di pantai. Pantai Depok terdapat di sebuah desa bernama Desa Depok, Kecamatan Siwalan Kabupaten Pekalongan.



4. Pantai Wonokerto

Satu lagi pantai di Pekalongan yang layak untuk dikunjungi yaitu Pantai Wonokerto. Pantai Wonokerto memiliki keindahan tersendiri yaitu pemandangan sunset yang indah. Selain itu kawasan Pantai Wonokerto ini juga terdapat sebuah pelelangan ikan. Jadi jika anda beruntung anda dapat menemui banyak pedagang ikan yang menjajakan ikan hasil tangkapan langsung dari nelayan setempat. Pada saat-saat tertentu di Pantai ini diselenggarakan acara nyadran sebagai wujud rasa syukur para nelayan.

5. Curug Muncar

Ada banyak sekali curug yang terdapat di Pulau jawa ini. Di Kabupaten Pekalongan terdapat Curug bernama Curug Muncar. Destinasi wisata Pekalongan Curug Muncar ini memiliki kesamaan nama dengan Curug Muncar yang terdapat di Purworejo. Curug Muncar di Pekalongan terdapat di ketinggian 1.249 mdpl dimana di sekitarnya terdapat pemandangan yang snagat eksotis lereng Gunung Rogojembangan. Lokasi Curug Muncar ini tepatnya adalah di Desa Curug Muncar, Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan.

6. Curug Bajing

Tak jauh dari Curug Muncar, masih di Kecamatan Petungkriyono, terdapat obyek wisata lain berupa curug yaitu Curug Bajing. tepatnya berada di Desa Tlogopakis. Curug Bajing ini berada di ketinggian 1300 mdpl. Ketinggian curug sendiri adalah sekitar 70 meter, limayan tinggi bukan ? Namun memang lokasi wisata di Pekalongan ini masih terbilang alami, belum banyak dilakukan pembangunan di wisata ini, sehingga pengunjung juga belum banyak yang berdatangan. Hanya pengunjung lokal dari Pekalongan sendiri yang berdatangan.

7. Puncak Hanoman

Di Kabupaten Pekalongan terdapat sebuah Gunung yang bernama Gunung Kendalisodo. Gunung ini memiliki puncak bernama Punca Hanoman dengan ketinggian 1.697 mdpl. Memang tidak terlalu tinggi untuk ukuran gunung di Pulau Jawa, namun untuk mendaki Puncak Hanoman ini cukup menantang karena anda harus melewati jalur yang terjal. Setiba di Punca hanman anda dapat menikmati pemandangan yang indah dilengkapi dengan udara yang sejuk.

8. Gunung Rogojembangan

Nah, bagi anda yang suka mendaki Gunung, selain Puncak Hanoman di Gunung Kendalisodo, anda juga dapat mendaki Gunung Rogojembangan. Pendakian Gunung Rogojembangan dapat dimulai dari Desa Gumelem Kecamatan Patungkriyono, Kabupaten Pekalongan. Gunung Rogojembangan merupakan gunung yang terdapat di perbatasan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Banjarnegara dimana puncak tertingginya mencapai 2.117 mdpl. selain pemandangannya yang indah, di lereng Gunung Rogojembangan ini anda juga seklaian dapat mengunjungi Curug Muncar yang berada di lerengnya.

9. Kawasan Wisata Linggo Asri

Salah satu destinasi di Pekalongan yang juga sangat ternal sebagai wisata keluarga adalah kawasan wisata di Linggo Asri. Ada berbagai macam pilihan wisata yang ditawarkan di kawasan wisata ini seperti rafting atau arung jeram, flying fox, trekking, outbond, taman bermain, kebun binatang mini dll. Lokasi Linggo Asri yang berada di perbukitan menambah suasana menjadi sejuk dan asri. Kawasan wisata Linggo Asri berada di Desa Linggo Asri Kecamatan kajen Kabupaten Pekalongan, Banyak orang yang menyebt Linggo Asri dengan singkatan "LA".

10. Desa Wisata Lolong

Tempat wisata selanjutnya Desa wisata Lolong. Desa Wisata ini dapat dikategorikan sebagai wisata adventure karena yang menjadi unggulan di Desa Wisata Lolong adalah Arung Jeram di sungai Singkarang. Sungai Singkarang adalah sungai yang melintasi Desa Lolong ini, dimana sungai ini memiliki air yang jernih serta arus yang cukup deras. Saat musim durian, di Desa Lolong banyak sekali ditemukan durian karena penduduk yang membudidayakan durian. anda dapat mencoba datang di Desa Wisata Lolong, Kec Karanganyar Kab Pekalongan.

11. Museum Batik

Pekalongan terkenal dengan Batik Khasnya yang diberi nama Batik Pekalongan. Batik Pekalongan merupakan sebuah warisan budaya yang sudah ada sejak aman dahulu dan dibuat secara turun temurun sampai sekarang ini. Kota Pekalongan diakui sebagai Kota Batik Internasional. Oleh karena itu sangatlah beralasan apabila di Kota ini dibangun sebuah Museum Batik. Di dalam Museum Batik di Pekalongan ini disimpan koleksi sebanyak 1149 batik serta berbagai macam benda yang berhubungan dengan batik termasuk alat membuat batik itu sendiri.

12. International Batik Center

Setelah melihat berbagai macam koleksi batik di Museum Batik, tak lengkap rasanya apabila tidak membawa batik sebagai oleh-oleh khas dari Pekalongan. Untuk memperolah barang yang bagus dengan berbagai macam pilihan, anda harus mencoba mengunjungi International Batik Center. Di International Batik Center ini dijual berbagai macam koleksi Batik yang tidak hanya ari Pekalongan sendiri namun juga koleksi batik dari daerah lain seperti Cirebon, Solo dll. Lokasi International Batik Center adalah di Jalan A Yani Nomor 573 Wiradesa, Kabupaten Pekalongan.

Demikian tadi informasi seputar 12 Tempat Wisata di Pekalongan yang Banyak dikunjungi Wisatawan. Kami yakin potensi wisata yang ada di Kota dan Kabupaten Pekalongan tidak hanya 12 tempat wiata diatas. Namun pastinya banyak Wisata Pekalongan lain yang apabila dikembangkan dapat menjadi obyek wsiata yang ramai dikunjungi wisatawan.

Sabtu, 15 April 2017

WISATA KELUARGA TAMAN BUNGA

             Berwisata Keluarga ke Taman Bunga Nusantara

 

Berwisata Keluarga di taman bunga dengan udara sejuk tentu merupakan hal yang menyenangkan. Daerah seluas kurang lebih 35 hektar dengan hamparan tanaman hijau, bunga-bunga cantik yang tertata rapi, dan bebas polusi. Itulah gambaran dari tempat rekreasi Taman Bunga Nusantara di Puncak. Beralamat di Jl. Mariwati KM 7, Desa Kawungluwuk, Kecamatan Sukaresmi, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, taman ini menyajikan berbagai jenis bunga baik bunga lokal maupun yang berasal dari luar negeri.Taman Bunga Nusantara, yang telah berdiri pada tahun 1995.  Anda dapat melihat sebuah taman yang sangat luas sejauh mata memandang. Di depan pintu masuk, Anda bisa mengabadikan suasana berfoto bersama teman atau keluarga dengan patung burung merak. Burung merak ini sangat unik karena disusun dari berbagai tanaman dan bunga. Selain burung merak, ada juga yang disusun menyerupai kelinci, panda, dan binatang lainnya.

 Bila Anda lupa dengan waktu kedatangan Anda, jangan khawatir, karena terdapat jam raksasa yang selalu berputar. Jam ini terbuat dari tanaman dan berputar seperti jam pada umumnya. Namun, Anda harus berada pada ketinggian tertentu untuk bisa melihat jam raksasa ini, karena posisinya yang mendatar.

Hal unik lainnya dari salah satu Wisata Jawa ini adalah Taman Labirin. Sebuah taman yang berdinding tanaman menyerupai tembok pembatas setinggi manusia dan membentuk lorong-lorong di mana tujuan akhir Anda memasuki labirin ini adalah mencapai daerah yang terdapat di tengah labirin ini. Namun, bila Anda tidak ingin tersesat, Anda bisa berkomunikasi dengan teman Anda yang menaiki sebuah menara pengawas yang berjarak kira kira 20 meter dari pintu masuk labirin.Taman yang luas ini merupakan tempat favorit bagi anak-anak yang senang berlari-lari. Di Taman Bunga Nusantara juga menyediakan berbagai taman lain dengan suasana berbeda. Tanaman dan bunga pada taman ini merupakan ciri khas dari daerah-daerah tersebut. Begitu juga dengan dekorasi taman yang telah disesuaikan, sehingga Anda dapat merasakan suasana daerah masing-masing. 

 

Fasilitas lainnya yang membuat obyek Wisata Jawa Barat ini digemari adalah danau angsa, amphi theater, kereta datto, mobil wira-wiri bila Anda ingin berkeliling taman tanpa perlu berjalan kaki yang dilengkapi dengan rekaman sura pemandu yang menjelaskan tentang tempat ini. Di dekat pintu keluar, Anda akan melihat rumah kaca dengan luas 2.200 m2 dengan lebih dari 3000 panel kaca yang menyimpan beraneka macam tanaman. Sebelum pulang, jangan lupa untuk membeli souvenir di toko souvenir, ataupun membeli koleksi tanaman hias di bursa bunga dan tanaman hias. Maka, perlu dipikirkan apakah Taman Bunga Nusantara akan menjadi tempat wisata Anda berikutnya untuk mengisi waktu liburan Anda.

Itulah sedikit cerita tentang taman bunga nusantara nan elok dengan berbagai bentuk bunga dan macam macam bunga semoga menjadi tempat wisata liburan teman-teman berikutnya.TERIMA KASIH dari kami SEMERU TOUR & TRAVEL

SEMERU TOUR OUT BOND JOGJA


OUTBOND WISATA JOGJA (A) Tujuan Wisata : Museum Biologi UGM, Outbond Tepi Pantai, Malioboro, Pabrik Bakpia.

 OUTBOND WISATA JOGJA (B) Tujuan Wisata : Pantai Indrayanti, Outbond      Tepi Pantai Baron, Malioboro.


C. Fasilitas
1. Bus Pariwisata AC Seat 2-2
2. Snack 1x
3. Makan Prasmanan 1x
4. Tiket Pintu pertama di semua Destinasi
5. Foto Dokumentasi Rombongan
6. Air Mineral + Spanduk MMT
8. P3K + Tour Leader
9. Free Parkir & Tips Sopir + Kernet

Harga untuk paket: A. Rp.165.000.-/pack (Min 50 org)
                                B. Rp.180.000,-/pack (Min 50 org)

NB : Harga atau Tujuan bisa berubah sewaktu-waktu.



Hasil gambar untuk GAMBAR OUTBOUND TEPI PANTAI JOGJA

Kunjungi Kami
Alamat Kantor SEMERU TOUR & TRAVEL :Jl.Grompol-Jambangan KM.7 Kajen Celep Kedawung Sragen...Tlp 081326444530-085747544433 WA :081524444530
Blog :  semerutourandtravele.blogspot.co.id

SEMERU TOUR BALI


PAKET HARGA TOUR BALI 4 H 3 M
Harga Penawaran :
Bus Besar (50 Seats)    : Rp 850.000,- 
Tujuan Wisata : Cah Ayu, Pasar Sukawati, Joger, P. Kuta, Bedugul,  P. Dreamland Tanjung Benoa, Tanah Lot, Bajra Sandhi
PAKET HARGA TOUR BALI 5 H 4 M
Harga Penawaran :
Bus Besar (50 Seats)    : Rp 1.100.000,-
Tujuan Wisata :Tanjung Benoa, Tanah Lot, Joger, P. Kuta, Bedugul, P.Dreamland, GWK, Bajra Sandhi, P.Kuta, Cah Ayu, Pasar Sukawati, Tari Barong, P. Pandawa.
Fasilitas
1. Bus Pariwisata Seat 2-2 Reclening seat.
2. Snack 1x
3. Makan Prasmanan (Pagi-Siang-Malam)
4. Tiket Retribusi semua Destinasi
5. Hotel AC (TV,Double Bad)
6. Foto dokumen untuk rombongan (jika diperlukan)
7. Free Air Mineral 3 x sehari
8. Free Parkir Tol + Penyeberangan
9. Tour Leader/Tour Guide + P3K
10.Spanduk Kegiatan

NB : Harga atau Tujuan bisa berubah sewaktu-waktu
          menyesuaikan situasi dan permintaan peserta.


 

SEMERU TOUR LAMONGAN

Semeru Tour & Travel menyediakan paket wisata Sragen-Wbl dengan penjemputan di wilayah Sragen & Sekitarnya.
Tujuan :
  1. LamongaHasil gambar untuk gambar wbl2.Jembatan SuramaduHasil gambar untuk gambar jembatan suramadu *Merupakan pilihan
    NB : - Objek wisata tersebut  adalah alternative dari peket penawaran & dapat diubah sesuai kesepakatan bersama.
            -Harga bisa menyesuaikan dengan budget yang ada.

    FASILITAS :
  2. Bus pariwisata (AC, reclining seat, LCD TV, musik.).
  3. Makan 3x prasmanan.
  4. Snack 1x waktu pemberangkatan.
  5. P3K
  6. Tiket obyek wisata sesuai dengan paket
  7. Tempat transit yang nyaman.
  8. Dokumentasi Video & Foto (DSLR)
  9. Tour Leader
  10. Spanduk Kegiatan
  11. Parkir, DLL.
  12. Harga Rp.390.000.- / pack ( Min 50 org)

SEMERU TOUR RELIGI WALI 5 JAWA TIMUR 2 M 1 D

TUJUAN :

                                                        Makam KH Gusdur


                                                                  Makam Sunan Ampel
                                                                Makam Sunan Gresik

                                                    Makam Sunan Drajat (Lamongan)
FASILITAS:
 a.Bus AC / Karoke
b.P3K + Air Mineral
c.Tour Leader
d.Tiket Masuk Area Religi
f.Harga Rp.170.0000/ Pack (Min 50 org)

SEMERU TOUR RELIGI JAWA TIMUR 2 M 1 D

TUJUAN :

Makam KH Gusdur (JOMBANAG)

     


                                                          Makam Bung Karno (BLITAR)
                                                            Masjid Tiban (TUREN)

FASILITAS ;
a.Bus AC /Non AC Set 22 (Karoke)
b.Makam 3 Kali - Snack 1 Kali
c.P3K Tour Leader
d.Tiket Masuk Area Wisata
e.Harga Rp.240.000/Pack (Min 50 org)

SEMERU TOUR RELIGI JAWA TENGAH 2 M 1 D

TUJUAN:

MAKAM SUNAN MURIA


                                               
FASILITAS :

-.Bus AC / Non AC set 22 (Karoke)
-.P3K + Tour Leader
-.Tiket Masuk Obyek Religi
-.Harga Rp.1.28000 / Pack (Min 50 org)


SEMERU TOUR RELIGI MAGELANG